Sunday, September 26, 2010

inspiratif,, mungkin???

Entah malam ini menjadi malam keberapa, yang jelas rasa rindu akan kampung halaman mulai terasa. Fasilitas dunia maya semisal facebook, email, yahoo messenger, skype, dan masih banyak lagi yang bahkan baru ku tahu sekarang telah kucoba, karena mereka tiba-tiba menarik perhatian. Jika dulu aku tak peduli, maka kini mereka terasa begitu berharga.

Seketika aku memahami betapa segala sesuatu bermula dari nol. Tiada menjadi ada. Sebagaimana adanya kutub Utara, maka disaat yang sama dapat terlihat arah Selatan. Yin-Yang dalam mitos Cina merupakan pasangan tak terpisahkan. semua bersifat komplementer, bukan subtitusi, dimana berarti ada yang positif berpasangan dengan negatif. Netral. Tidak + atau -, alias nol.

Itulah hidup. Dimana ada kesulitan, disitu ada kemudahan. Dalam kasus hidupku kali ini, dimana ada kemajuan, disitu pula ada kemunduran.
Meskipun belum dan tidak berniat untuk mencapai tahap expert dalam hal jaring-menjaring teman di dunia maya, aku gembira mendapati kini bisa dengan leluasa berhubungan dengan orang-orang terdekat, meskipun berada pada titik terjauh bila ditarik dari sumbu ordinat Indonesia. Mungkin. Namun disisi lain aku merasakan hobi yang baru ini menyita rasa lapar akan ilmu yang kugeluti selama kurang-lebih 3 tahun, bukan apa-apa, rasa ingin tahu yang besar dipadu dengan minimnya ilmu yang dapat kuserap menjadi sumbu rasa lapar itu. Kini perlahan menguap.

Tidak adil meng-kambinghitam-kan sesuatu atas kekurangan yang kita temui di dalam diri, tentu saja. Aku pun berupaya berpikir dewasa dengan berasumsi: 1) ini adalah titik jenuh setelah dibakar sekian lama, tinggal mencari pengganti sepadan yang memiliki kadar tak-jenuh lebih tinggi, 2) lebih simpel, jalani hidupmu yang sekarang dengan semangat menuju-kesempurnaan seperti sebelumnya.  I didnt satisfied with my brain usage-duration.. I lose it if there is no more accelerator!!!

Husnudzan, aku membuka-buka facebook teman, sambil mencari keberadaan teman lainnya (yang mungkin terlupakan, atau melupakanku). Ternyata ada hal menarik, yang meskipun bukan sama sekali hal baru namun isinya menggugah. Aku baru menemukan facebook milik AABP (Anak Agung Banyu Perwita, profesor HI termuda di Indonesia, yang walau bagaimanapun masih menginspirasi jiwa-jiwa kosong anak muda HI Indonesia). Tidak kaget memang menemukannya, namun sekilas melihat profilnya, baru kusadari bahwa dia memiliki tanggal lahir yang sama denganku: 6 Februari.

Its not superficial..tentunya. Namun kemiripan ini lantas mengingatkanku akan impianku yang senantiasa terasa idealis (namun riskan berubah menjadi utopis setiap saat). Segera kudapati diriku berada pada titik nadir kehidupan, hidup banyak orang yang umumnya menghabiskan waktu di dunia hanya untuk mewariskan sebilah papan: fulan/ah bin/ti fulan, lahir sekian, wafat sekian..dan seterusnya. Apakah hidup terlalu berharga untuk dilewatkan, atau terlalu berharga untuk dipaksakan melewati rintangan ujian yang terlampau berat? Setiap orang memiliki jawaban masing-masing.

Salahkah bila aku berniat menggantikan posisi AABP sebagai profesor HI termuda berikutnya??

No comments:

Post a Comment